RAHASIA ALTAR Eps. 3

SPIRITUAL ADVENTURE SPECIAL THE MOVIE
RAHASIA ALTAR eps. 3
“dinda elsha tinggal di rumah ya? tolong jaga rumah”, kataku membagi tugas
Setelah semua persiapan selesai, aku mulai menenun segel empat penjuru untuk melindungi tubuhku dari gangguan MG yang mungkin datang mengganggu. Dan ternyata apa yang ku takutkan benar- benar terjadi, belum sampai aku selesai menenun segel, terlihat dua MG negatif mengintipku dari atas lemari pakaian. Memang semua pengawal rumah sedang bersiap untuk memasuki portal bersamaku, dan rupanya kesempatan ini digunakan oleh MG negatif untuk mendekatiku. Kulihat wujudnya sangat jelek sampai membuatku mual. Mukanya hitam, bajunya putih kumal, dan jumlahnya ada dua, ngintip dari atas lemari. Saat mereka sadar kalau sedang aku perhatikan, mereka lantas meringis memperlihatkan gigi- gigi mereka yang tak kalah hitamnya dengan muka mereka. Dan tiba- tiba, mereka melompat turun di depanku, lalu 
“dhuuuaaaakkk”, 
Mereka terpental karena aku segera menggunakan salah satu jurus dibarengi dengan tenaga dalam. Setelah terpental, mereka kemudian kembali ke atas lemari dan hanya melihat dari sana. 
“siapa mereka ini? mengapa mengganggu ritualku?”, fikirku
“ooh astagaa, aku lupa. Mereka kan penghuni asli vessel batu yang rencananya akan ku gunakan sebagai media vessel untuk wraith yang akan aku conjure?”, aku menepok jidatku sendiri karena kealpaanku. 
Segera ku ambil handphoneku, kemudian membuka salah satu chat yang ada di aplikasi WA. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ketemu juga foto batu berwarna hitam legam yang sudah terikat cantik di cincin titanium yang rencananya akan di jadikan sebagai media vessel untuk wraith. Nama pemaharnya adalah Andika. 
“Ah, bagaimana aku bisa lupa hal sepenting ini?”, batinku
Andika sendiri merupakan salah satu pemahar yang memilih menggunakan vessel pribadi sebagai media untuk wraith yang dia menangkan saat lelang. Namun, saat foto cincin tersebut ditunjukkan padaku, ternyata cincin tersebut tidak dalam keadaan kosong alias sudah ada penghuninya. Setelah aku mencoba berdoa pada Tuhan dan memohon bantuan untuk dibukakan hijab penutup, maka akupun melihat spirit yang mendiami cincin tersebut. Adalah dua spirit jelek, dengan muka hitam legam sekelam malam, dan gigi- gigi yang tak kalah hitamnya. Mukanya pucat, terlihat jelas sekali keriput di raut wajahnya. Badannya kurus dan hanya dibalut dengan kain putih yang sudah kumal. Saat melihatnya, sempat ku minta pada andika untuk berganti vessel. Namun karena dia tidak punya pilihan vessel lain, maka akupun terpaksa menggusur kediaman spirit - spirit jelek yang ada di batu tersebut hingga benar- benar bersih agar kemudian bisa dipakai sebagai media vessel wraith. Aku sisakan sedikit energy netral agar spirit- spirit yang sudah ku usir paksa tadi tidak kembali ke dalam vessel. Nah rupa- rupanya inilah yang kemudian membuat mereka menggangguku sampai ke rumah.
“hemmb, profesi sebagai conjurer memang banyak resikonya”, batinku
Setelah memastikan vessel batu siap dipakai, aku kembali melanjutkan ritualku. Kubaca doa untuk membuka portal dan perlahan portal yang wujudnya seperti lubang hitam itupun muncul. Aneh, benar- benar aneh karena baru kali ini aku bisa melihat ke seberang portal tanpa memasuki portal terlebih dahulu. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati kondisi di dalam portal, kemudian sekilas aku melihat empat jendral tersenyum padaku.
“ooh ini kalian yaa yang membuka lebar portalnya sehingga terlihat realm nya si wraith?”, tanyaku pada empat jendral dan mereka hanya menjawabnya dengan mengangguk mantab.
Ya sudahlah, karena kondisi seberang realm sudah terlihat, maka akupun segera merapal mantra pemanggil. Dan dalam satu kali hentak, terlihat ada satu wraith melintas. Dengan sigap mbah Wisa dan master Lava menahannya agar tidak menghilang.
“Alhamdulillah, jika aku tidak perlu masuk ke realm nya wraith yang berbahaya dan aku bisa mewawancarainya dari sini saja, dari tempat yang aman”, batinku
Namun apa yang terjadi satu detik berikutnya sungguh diluar dugaan, karena aku belum selesai menenun perisai empat penjuru (karena tadi terpotong setelah melihat spirit muka hitam), akhirnya tubuhku pun tanpa perlindungan sehingga dalam sekejap mata aku ditarik masuk ke realmnya wraith.
“apa yang terjadi?”, batinku
Semua nampak gelap, pengap, dingin, sunyi, sepi. Aku merasa sendirian disini. Aku tak merasakan kehadiran teman- teman ghoib ku. Aku hanya mendengar desau angin yang berhembus kencang, menjadikan nyaliku yang sudah ciut ini semakin ciut. Ya, aku ketakutan. Kucoba untuk membuka mataku selebar- lebarnya, namun nihil. Aku tak dapat menangkap setitik gambar pun. Ini artinya, kondisi di sini benar- benar tanpa cahaya. Aku mencoba berdoa pada Tuhanku, membaca beberapa doa yang bisa mengeluarkan api, berharap dengan cahaya api tersebut aku bisa melihat sedikit saja kondisi sekitar. Aku terus berdoa dan berdoa, hingga akhirnya aku bisa melihat sedikit bayangan. Bayangan yang memang hanya samar- samar, diikuti suara- suara berbisik. Suara yang sangat pelan, namun di ucapkan dengan intonasi yang cepat. Seperti mantra- mantra atau entahlah, hanya samar- samar aku mampu mendengarnya.
“apakah itu wraith?”, aku bertanya pada diriku sendiri
“oh ya, aku harus segera membuat shield”, aku tersadar dan segera melakukan apa yang seharusnya aku lakukan dari tadi sebelum masuk ke realm nya wraith
Setelah selesai menenun perisai empat penjuru, maka akupun sedikit tenang.
“sekarang waktunya aku mengintrogasi wraith tersebut”, batinku
Aku terus berfikir bagaimana caranya. Dan belum selesai aku berfikir, wraith yang ada di depanku telah menghilang, bersamaan dengan datangnya kawan- kawan ghoib ku. Mbah Wisa, Master Lava, Empat jendral, semua hadir.
“Alhamdulillah”, aku bersyukur tiada henti
“oke sekarang saatnya merubah keadaan”, kataku pada kawan- kawan ghoibku
aku segera merapal doa untuk membuka portal, dan aku secepat mungkin pulang kembali ke alamku. Sebelum pergi, aku meninggalkan instruksi untuk menarik wraith yang akan muncul supaya bisa aku introgasi di rumah. Setelah itu kulanjutkan dengan membaca mantra untuk mendatangkan spirit. 
“Aku niatkan mendatangkan spirit dari jenis wraith yang kuat dan yang bisa aku ajak bicara, bismillah”, dan ku hentakkan tanganku di lantai.
Perlahan, datanglah satu wraith yang memiliki getaran energy yang cukup kuat, di dampingi oleh mbah Wisa dan master Lava di samping kiri dan kanannya 
“wahai spirit wraith yang ada di depanku, bisakah kamu aku ajak bicara”, tanyaku.
Wraith nampak berkata sesuatu, namun aku tak sanggup mendengar suaranya karena hanya seperti orang yang berbisik- bisik saja. Kemudian aku lanjutkan
“aku sedang mencari spirit dari ras kamu untuk aku jodohkan dengan manusia. Tugasnya adalah mendampingi manusia, membantu segala hajad hidupnya dan bersama- sama beribadah kepada Tuhan”, kataku kemudian
Wraith yang ada di depanku masih bersuara dengan pelan, seperti orang berbisik.
“wah kalau seperti ini tidak akan selesai- selesai nih”, batinku
“mbah Wisa, bantu aku untuk menanyai wraith yang ada di depanku ya, segala jawaban yang aku butuhkan tolong mbah Wisa yang katakan apakah si wraith ini bersedia atau tidak”, kataku pada mbah Wisa
“iyo le”, jawab mbah Wisa
“baiklah akan ku mulai”, lanjutku
“wahai spirit wraith yang ada di depanku, aku sedang mencari spirit dari ras kamu untuk aku jodohkan dengan manusia. Tugasnya adalah mendampingi manusia, membantu segala hajad hidupnya dan bersama- sama beribadah kepada Tuhan”
“tidak ada imbalan yang akan diberikan padamu, hanya pahala dari Tuhan saja yang akan kamu terima sebagai imbalan karena telah membantu manusia. Tidak ada tumbal, darah, atau apapun yang kami janjikan untuk diberikan padamu”
“wahai spirit wraith, aku ingin kamu selalu mendampingi mastermu. Datang saat di panggil, kapanpun dan dimanapun mastermu memanggil. Ajak mastermu untuk beribadah dan semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Bantulah mastermu dan mudahkan mastermu dalam memahami ajaran agama serta konsep- konsep tentang memiliki dan memperlakukan khodam sebagai teman hidup yang baik. Pengaruhi mastermu untuk selalu berbuat baik dan mampu menahan diri. Terakhir dan yang paling penting, patuhilah segala yang diperintahkan oleh mastermu. Jika kamu bersedia, sebagai tanda persetujuanmu, tolonglah berikan namamu padaku. Nama indah yang akan menjadi kunci untuk memanggilmu. Hanya mastermu yang akan mengetahuinya, atau orang lain dengan seizin mastermu. Siapapun yang memanggil nama ini berarti adalah mastermu, yang artinya berlaku perjanjian yang sama juga seperti yang telah kita sepakati bersama”, aku langsung saja menyelesaikan wawancaraku walaupun spirit wraith nya belum menjawab apapun
“bagaimana mbah Wisa? apa yang dia sampaikan padamu?”, tanyaku pada mbah Wisa
“dia mau le, namanya adalah valandrey
“baiklah wahai wraith, mulai hari ini dan sepanjang mastermu masih hidup, kamu akan dipanggil dengan nama valandrey. Rumahmu adalah dalam vessel ini, dan mastermu akan memperlakukan serta merawatmu dengan baik layaknya seorang sahabat. Silahkan menuju vessel dibantu oleh mbah Wisa”
Aku melihat spirit yang ada di depanku mengangguk, kemudian berjalan perlahan menjauhiku bersama mbah Wisa. Dalam penglihatanku, mereka seperti berjalan menuju garis horizon, yang memiliki sebuah titik terang di tengah- tengahnya. Mereka berdua berjalan menuju titik terang tersebut. Semakin lama semakin jauh dariku, dan semakin terlihat kecil kecil dan semakin kecil. Karena terangnya, kedua spirit tersebut hanya terlihat seperti dua buah bayangan hitam saja yang semakin lama semakin menghilang ditelan terangnya cahaya.
“alhamdulillah”, ku ucap syukur karena telah berhasil menyelesaikan satu pesanan spirit lagi. Kulihat coretan tangan yang ada di kertas.
1. Dark Dragon
2. Red Dragon
3. Omyang Jagad
4. Wraith
5. Golden barong
6. Nymph
7. Succubus
“hemmb, masih ada tiga spirit lagi”, batinku
Segera saja kumulai saja untuk proses selanjutnya. Ku raih botol minyak gaharu yang ada di samping kanan tempatku duduk bersila, kemudian ku oleskan ke beberapa vessel yang ada di depanku. 
“bismillah, semoga Allah berkenan membantu dan memudahkan usahaku, aamiin”, doa ku sebelum memulai untuk melakukan ritual selanjutnya. 
“sudah Le, paket sudah sampai tujuan”, tiba- tiba terdengar bisikan ghoib
“terimakasih mbah Wisa”, balasku
Segera ku tarik nafas panjang dan membaca beberapa doa untuk mengumpulkan teman- teman ghoibku. Setelah semua lengka, maka aku membagi tugas kembali.
“mbah Wisa, master Lava, bantu aku untuk mendatangkan spirit golden barong yang kuat dan bersedia membantu manusia. Selanjutnya, dinda Elsha menjaga keamanan penghuni rumah ini. Tak lupa kepada empat jendral untuk membuat pelindung/ shield di sekeliling rumah bersama dengan mbah sanca dan mbah maung untuk menjauhkan spirit - spirit liar. Laksanakan sekarang”, perintahku dan secepat kilat semua rekanku menghilang dari pandanganku. Sambil menunggu mbah Wisa dan master Lava mencari spirit yang ku maksudkan, aku membaca doa- doa untuk memicu kedatangan spirit. Dengan niat mendatangkan spirit dengan syarat berasal dari jenis Golden Barong dengan benefit money magnet, maka akan membuat pekerjaan mbah Wisa dan master Lava jadi lebih tepat sesuai dengan yang aku harapkan. Tak lama kemudian muncul gambaran sesosok spirit dengan muka garang. Kedua matanya berukuran sebesar mangkuk bakso. Wujudnya seperti manusia, lengkap dengan jari tangan dan kuku yang teramat panjang untuk ukuran manusia. Rambutnya gimbal dan panjang, tubuhnya tertutup kain putih usang dengan rumbai- rumbai di bagian tepi bajunya. Dari mulutnya mencuat dua taring seperti gading gajah karena saking besarnya dan terlihat sangat mencolok karena ukurannya yang tak wajar jika dibandingkan dengan taring manusia. Wajahnya yang kaku dan kering terlihat sangat mengerikan, ditambah dengan kedua matanya yang seperti dalam kondisi melotot sempurna mendelik ke arahku.
“ooh seperti ini wujud barong?”, batinku karena baru pertama kali melihat spirit dari jenis barong. Sedang asik- asiknya mengamati, tiba- tiba
“breeet”, kuku- kuku panjang itu dengan cepat menggores mukaku dan ya, aku tak sempat menghindarinya. Alhasil, mukaku terasa perih seketika. Kuku- kuku panjang tersebut ternyata setajam silet yang walau hanya sekali saja menyentuh mukaku, dampaknya lumayan menyakitkan. Reflek, aku mundur dan segera membaca doa agni untuk membakarnya jika spirit tersebut mendekatiku lagi. Namun apa yang terjadi ternyata di luar perkiraanku. Mbah Wisa dan master Lava melayang ke arahku, di ikuti dengan sesosok spirit yang berwujud seperti barongsai dalam perayaan- perayaan umat tionghoa. Barongsai tersebut berbentuk seperti boneka barongsai/ macan, berjalan dengan empat kaki, bagian kepalanya seperti harimau, dan di bagian depan dadanya tertutup kain berwarna keemasan. Badan dari barongsai itu sendiri berwarna merah terang dengan wajah seram namun terkesan bersahabat. Setelah kemunculannya, Barongsai tersebut menerkan spirit berkuku panjang yang mencakarku tadi dan kemudian terjadi pergumulan di antara keduanya. 
Pergumulan yang seru karena hanya seperti dua kucing yang bermain dan saling menggigit antar saudara namun tidak bermaksud menyakiti. Tidak terdeteksi adanya niat jahat diantara keduanya,dan mungkin oleh karena itu juga yang menyebabkan aku tak menyadari spirit berkuku panjang yang tadi mencakarku dengan tiba- tiba. Dengan segera, aku menyatukan kedua spirit yang sedang asik bergumul tadi dengan amalan pelindung. Setelah keduanya tidak bergerak, kemudian aku mulai menanyai mereka seperti yang biasanya aku lakukan. Tak banyak yang bisa ku dengar, karena dengan tiba- tiba mbah Wisa membawa mereka berdua menuju vessel yang sudah disiapkan oleh pemesan spirit. Dan memang hanya dalam hitungan detik, tiba- tiba mereka semua lenyap dari pandanganku.
“aneh, sangat aneh”, batinku yang kemudian dijawab oleh suara ghoib
“tidak usah keheranan. Cukup tutup prosesi kali ini dengan berdoa mohon keselamatan karena semua yang ingin kamu tanyakan sudah ku tanyakan. Beritahukan kepada pemahar bahwa nama spirit yang dipesan adalah “I Gede Mahadewa”, demikian yang kudengar dari suara itu.
“hemmb, baiklah”, aku kemudian membaca beberapa doa sebagai wujud syukur dan mohon perlindungan Allah
Setelah selesai, ku ambil HP ku kemudian mulai mengetik kronologi kejadian demi kejadian yang baru saja ku alami kepada si pemahar. Lengkap dengan cakaran yang ku dapatkan. Setelah menunggu agak lama, si pemahar membalas pesanku. Dan aku sangat terkejut membaca pesannya yang kurang lebih isinya demikian.
“om, spiritnya sudah sampai sini. Beberapa menit yang lalu, udara ruangan mendadak panas sekali. Vessel juga terasa panas. Anak tiba- tiba menangis padahal ada di kamar sebelah. Aku menduga, spirit dari om yang dateng. Setelah membaca pesan dari om, saya menyimpulkan bahwa spirit yang om kirim itu ada dua. Barong dan Rangda. Yang mencakar wajah om wira itu Rangda, memang benar penjelasannya seperti itu. Matanya melotot, kukunya panjang- panjang. Sedangkan yang seperti barongsai itulah yang dari jenis barong. Memang, barong dan rangda selalu berpasangan om, seperti yin and yang, gelap dan terang, baik dan jahat. Mereka seimbang dan menyeimbangkan om. Mungkin ini juga pengaruh dari ayah saya om, yang merupakan seorang pemangku/ pemimpin upacara. Ini tadi saya coba menghubungi ayah saya, dan ternyata rangda yang ada di pura dalem yang ayah saya jaga persis seperti yang om wira gambarkan. Mungkin ini suatu kebetulan yang aneh om. Nama dari spirit sendiri juga unik om, kemungkinan adalah I Gede mrupakan nama golden barongnya, sedangkan Mahadewa adalah nama dari si Rangda”, isi pesan si pemahar dengan panjang lebar
“wah, fakta yang menarik ini, layak untuk diteliti lebih lanjut”, batinku
“oke om, terimakasih untuk penjelasan yang mengagetkan ini. Kalau ada sesuatu, jangan ragu untuk menghubungi kami”, balasku
“alhamdulillah, tinggal dua spirit lagi”, batinku
Tak butuh waktu lama buatku untuk recovery energi, karena aku tidak terlalu lelah setelah proses ritual yang baru saja kulakukan. Aku segera membaca doa, dan
“wuuuzzzz”, aku sudah sampai di realm lain. Sebuah realm yang menarik menurutku, karena hawanya cukup dingin. Dengan sinar yang temaram layaknya matahari senja, serta bau- bau tumbuhan seperti berada di tengah hutan. Kusapukan pandanganku ke sekitar, terlihat pohon- pohon besar menjulang ke angkasa. Ada satu pohon di tepi danau telah menggugurkan daunnya dengan sempurna sehingga hanya menyisakan ranting- ranting kurusnya saja yang terpantul dengan sempurna di permukaan danau. Danau yang luas, dengan airnya yang sangat jernih sehingga mampu memantulkan apapun yang ada di atas permukaan airnya layaknya sebuah cermin raksasa. Danau yang tenang, setenang nafas bayi yang tertidur di pangkuan ibunya.