(17) S.A.N.T.E.T Part 2 - Mei 2008

S.A.N.T.E.T
Mei 2008
part 2
Citra meninggalkanku sendiri. Ku tutup tirai kamarku, dan aku mulai menggelar kasur lipatku di lantai. Aku lebih suka tidur di lantai beralaskan kasur lipat, karena katanya lebih aman dan terhindar dari serangan hantu. Masih konon katanya juga, hantu itu tidak bisa menyentuh tanah. Aku jadi teringat perbincanganku beberapa waktu yang lalu dengan sahabat karibku yang biasa ku panggil “mbah ponda”.
“mbah, ada hantu anak kecil di kamarku yang melompat keluar dari dalam lemari bajuku. Waktu itu aku habis mandi, masih pakai handuk aja untuk menutupi bagian- bagian sensitif tubuhku. Aku bermaksud ingin mengambil baju di lemari yang ada di kamar kosku. Nah pas banget waktu aku buka pintu lemari, itu hantu anak kecil langsung lompat keluar dari dalam lemari terus merangkak dengan cepat sekali di lantai kamar menuju pintu”
“dia keluar kamar?” 
“iya mbah. Tapi kok bisa ya dia merangkak di atas lantai?”
“kamarmu ada di lantai dua?”
“iya mbah lantai dua. Kok tau mbah? wah sakti dirimu”
“ya bener kalau dia bisa merangkak di lantai, kecuali kamarmu di lantai satu maka dia gak akan bisa merangkak di atas lantai”
“kok bisa gitu mbah?”
“iya bisa. Dunia nya hantu itu sebatas pusar kita, setinggi pusar kita. Dibawah itu gak akan bisa dia”
“maksudnya gimna mbah?”
“pernah denger gak, kalau malem- malem naik motor, terus ada cewek cantik minta tolong, liat dulu kakinya. Kalau kakinya nempel tanah, berarti dia manusia. Kalau kakinya gak nempel tanah, langsung aja tancap gas dan kabur secepatnya, soalnya dia hantu”
“iya mbah bener aku pernah denger. Lalu mbah?”
“ya itu karena tadi, dunianya hantu itu sebatas pusar ke atas saja. Pusar kebawah gak bisa dia. Makanya coba inget- inget ya kalimatku ini. Kalau kamu melihat hantu yg tingginya sama dengan tinggi badanmu, pasti pusar ke bawah gak kelihatan. Kakinya gak kelihatan. Tapi kalau kamu melihat hantu yang posisinya di atas, misal di atas genteng, di atas lemari, di langit- langit kamar, di atas pohon, atau terbang di langit, pasti hantunya terlihat utuh dari kepala sampai bagian kaki. Bener gak?”
“emm”.. aku mencoba mengingat satu persatu kejadian saat aku bertemu hantu. Yang pertama kali adalah saat bersama Deni saat jam 3 dini hari aku melintas di bawah bendungan lahar. Hantu yang ku lihat berupa sesosok entah yang naik motor dan terlihat hanya seperti lampu silau dan suara mesin motor yang menderu berpapasan dengan kami. Ya benar, aku memang tidak melihat kakinya. Yang kedua adalah saat aku mandi di kos setelah melakukan terawangan untuk yang pertama kalinya. Saat itu aku melihat sesosok wanita, dengan kulit pakaian dan kulit yang semuanya serba hijau. Tingginya tepat hanya setinggi tubuhku. Saat itu dengan sadar aku melihat dari kepala, wajah, leher, bahu, tangan, dada, perut, dan ya. Sekali lagi ya benar, aku tak melihat bagian mulai pusar sampai ke kakinya. Kemudian yang ketiga adalah hantu legendaris yang sudah tersohor seantero jagad perhantuan indonesia, siapa lagi kalau bukan miss.kuni chan alias mbak kuntilanak yang dengan isengnya tertawa cekikikan sambil gendong sesuatu yang berwujud seperti bayi di atas genteng lantai dua. dan saat itu, ya benar. Aku melihatnya utuh mulai dari ujung kepalanya, rambutnya yang dibiarkan tergerai panjang, hingga ujung daster putih nya yang menutupi seluruh bagian kakinya dan menjuntai jatuh ke bawah. 
Selanjutnya ada hantu kakek bungkuk yang selalu tersenyum dan menunjukkan dirinya di pojokan kamar. Dia berdiri dengan punggungnya yang bungkuk, selalu terlihat sempurna mulai dari kepalanya yang sudah nampak beruban, hingga kaki- kaki rentanya yang bergetar saat dipaksakan untuk berdiri sehingga dia sampai memerlukan tongkat untuk menopang berat badannya. Hantu kakek bungkuk terlihat utuh dan lengkap karena memang dia selalu menunjukkan diri saat aku berada di lantai dua. Artinya, ketinggiannya telah jauh berada di atas pusar. Kemudian hantu anak kecil yang keluar dari dalam lemari pakaian. Dia merangkak dengan cepat di atas lantai, karena memang kamarku berada di laintai dua. Yang artinya juga bahwa, ketinggiannya telah jauh berada di atas pusar. Semuanya benar, setiap pengalaman bertemu dengan hantu sejauh yang ku ingat memang memenuhi syarat ketinggian di atas pusar.
“iya bener banget mbah”, jawabku kemudian
maka dari itu, kalau kita ingin aman dari serangan santet, pelet, gangguan mahkluk halus dan sebangsanya, maka usahakan kita tidur di lantai yang ketinggiannya tidak lebih dari pusar kita. InsyaAllah lebih aman dari gangguan hantu dan sejenisnya. Namun bukan berarti kita 100% aman dari gangguan lho ya? karena di dunia ini tidak ada yang pasti. Yang pasti hanya satu, yaitu ketidakpastian itu sendiri”, kata mbah ponda panjang lebar
“benar juga ya. Semua yang terjadi di dunia ini memang sudah atas izin Allah. Semua kebaikan dan keburukan sekalipun, terjadi atas izin Allah”
“nah benar. Saat kita melihat orang yang kemalingan, apakah itu artinya bukan kehendak Allah? itu kehendak Allah lo. Kalau Allah gak berkehendak, maka yaa gak akan terjadi kemalingan. Bisa jadi saat malingnya hendak beraksi, eh pemilik rumah bangun, eh hujan, eh ada peronda lewat dan lain sebagainya. Adanya kejadian kemalingan itupun bahkan sudah atas izin Allah”
“hahaha, benar- benar. Dan Allah pun mengabulkan semua doa, bahkan doa yang berakibat jelek sekalipun. Lha maling yang mau beraksi kan juga berdoa to? minimal berdoa semoga tidak ketahuan si pemilik rumah saat dia beraksi”
“ya benar. Jika kita menyadari bahwa semua yang terjadi ini adalah kuasa Allah, maka tidak ada kesombongan lagi pada diri manusia. Karena hakikatnya semua yang terjadi adalah karena Allah”
Yah, itulah salah satu sahabat terbaikku. Aku bersyukur Allah mempertemukan aku dengan nya. Setidaknya dengan begini, aku tumbuh dan berkembang di lingkungan anak- anak yang mengerti tentang konsep keTuhanan dan belajar memahami hakikat keTuhanan. Aku bersyukur tidak didekatkan dengan anak- anak berandal, yang hobinya modifikasi motor sementara untuk biaya beli motor dan modifikasi motor mereka masih minta ke orang tuanya. 
Ah aku jadi teringat cerita salah satu tetanggaku saat aku masih di desadulu, yang bisa dibilang keluarga miskin. Pada suatu malam, anaknya mengamuk pengen bacok kedua orang tuanya jika gak tidak dibelikan sepeda motor merk satri* yang memang lagi nge tren dikalangan anak- anak kala itu. Karena ketakutan, orang tuanya sampai bela- belain tuanya jual tanah. Tanah yang dijual pun hanya berukuran 1m x 8m, karena memang hanya berupa tanah samping rumah dan hanya tanah itu yang mereka miliki. Karena masih belum cukup untuk membeli motor maka kemudian ayahnya menjual kambing dan anak sapi yang dimilikinya.
Sedang asik merenung, tiba- tiba aku melihat kilatan cahaya terbang dari luar kamar, dan masuk melalui lubang ventilasi kamar. Dan dengan cepat, whuuzz whuuzzz entah empat atau lima pisau melayang menerjang tubuhku. Aku kaget, shock sampai aku terjatuh kebelakang. Semua terjadi dengan sangat cepat, hanya dalam hitungan detik. Sangat cepat bahkan sampai aku tak sempat membaca apa- apa, fikiranku membeku melihat kejadian yang baru saja ku alami. Tiba- tiba keringat dingin keluar membasahi keningku. Apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan? Aku baru pertama kali melihat yang seperti ini. Sekaligus juga baru pertama kali mengalami yang seperti ini. Oh Tuhan. Aku meraba dadaku, bagian kiri dan kanan. Tak nampak satu lubangpun di kaos yang ku kenakan. Aku buka kaosku, lalu kulihat lagi dadaku baik- baik. Tak ada darah yang menetes, tak ada juga tanda- tanda nyeri bekas sayatan pisau. Jantungku berdegup kencang, keringatku keluar semakin banyak. Fikiranku meremang, mengingat semua cerita buruk yang pernah ku baca dan ku dengar tentang santet. Apakah ini yang dimanakan santet?